Musim kemarau yang berkepanjangan tanpa diselingi hujan sama sekali  menyebabkan kekeringan. Menurut Centers for Disease Control and  Prevention (CDC), Amerika Serikat, efek dari iklim kering ini juga  mempengaruhi kesehatan fisik dan mental manusia.
Bagi mereka yang berprofesi sebagai petani, air merupakan hal penting  dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari, digunakan untuk  mengairi sawah dan ladang. Bencana kekeringan tentunya membuat pasokan  air berkurang sehingga mereka mengalami kendala dalam hal bercocok tanan  dan pembibitan.
Kondisi ini tentunya membuat petani memutar otak mereka untuk  mendapatkan air yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebab, bayang-bayang gagal  panen karena tanaman terinfeksi hama dan musik paceklik menghantui  mereka. Hal ini membawa para petani ke tingkat stres yang tingggi dan  rasa cemas yang berlebihan. Kasus bunuh diri bahkan sempat terjadi  karena putus asa dan bangkrut karena masalah keuangan yang membelit  akibat gagal panen.
“Masalah keuangan berkaitan dengan tingkat stres dan kecemasan  seseorang dapat menyebabkan depresi dan sejumlah kondisi kesehatan  mental dan perilaku. Penelitian telah menemukan tingkat peningkatan  bunuh diri di antara orang yang tinggal di daerah pertanian selama  kekeringan” ungkap CDC.
Masalah pelik lain yang sulit dihindarkan saat kekeringan melanda  adalah kualitas udara yang buruk. CDC mengungkapkan, ketika kekeringan  melanda maka tanah menjadi tandus dan menyulut kebakaran hutan. Kondisi  ini meningkatkan jumlah partikel di udara seperti serbuk sari dan asap.
Partikel-partikel ini mengiritasi saluran penapasan dan meningkatkan  risiko infeksi saluran penapasan. Jika iritasi menyerang mereka yang  memiliki riwayat penyakit pernapasan seperti asma, maka akan menyebabkan  penyakit bertambah kronis.
Kondisi udara yang kering juga dapat meningkatkan infeksi jamur coccidioidomycosis,  penyebab infeksi paru-paru dengan dahak yang berlebihan. Penyakit ini  ditularkan ketika spora di dalam tanah menguap menjadi udara lalu  tehirup. Lantas menyebabkan demam, sesak napas, batuk, dan nyeri otot.
Saat kekeringan melanda, makanan kurang higienis pun marak beredar.  Hal ini tentunya berkaitan dengan hasil panen yang kurang maksimal.  Hujan tak kunjung datang mengakibatkan membatasi musim tanam dengan  begitu maka hasil panen pun berkurang. Ditambah lagi gangguan hama dan  serangga yang berkembang biak makin merusak tanaman. 
Karena krisis air maka petani pun menggunakan air daur ulang untuk  mengairi sawah mereka. Jika proses penyulingannya tidak benar makanan  pun berpotensi terkontaminasi patogen seperti salmonella dan E. coli.
Populasi nyamuk, hewan paling banyak membawa penyakit, juga meningkat  ketika musim kemarau. Kekeringan menyebabkan air stagnan dan tak  mengalir, ini menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk yang dengan  mudah menularkannya kepada manusia.
Sumber: nationalgeographic.co.id

