Mau Bahagia Atau Tidak, Tergantung Pikiran

 
Kebahagiaan merupakan tujuan yang pada umumnya ingin dicapai setiap orang. Satu cara agar kita bisa bahagia adalah dengan mengatur pikiran kita.
“Semua yang dirasakan oleh perasaan, panca indra, tindakan terkait dengan pikiran kita. Apa yang tercermin pada perilaku seseorang, itulah yang merupakan lambang pikirannya,” ujar praktisi dan pakar Neuro Linguistic Programming (NLP) Master Hingdranata Nikolay di Jakarta.
Menurut Hing, kondisi pikiranlah yang sebenarnya telah menyetir perasaan serta perilaku manusia. Ambil contoh misalnya ketika muncul rasa tidaksuka terhadap seseorang. Itu akan menutup segala aspek positif. Yang terbangun hanyalah aspek negatif. Pikiran hanya terfokus pada satu hal yang menyebalkan. Itulah salah satu perilaku yang dapat menghambat rasa bahagia Anda.
Karena itu, menurut Hing, segala pandangan serta penilaian tergantung dari segi mana Anda melihatnya. Hal ini terkait dengan struktur pemikiran manusia dan memiliki dampak luar biasa pada langkah hidupnya karena akan mempengaruhi kata-kata dan tindakan seseorang.
“Ada orang yang hanya mengambil segi buruk dari suatu persoalan hingga ia mengabaikan kebaikan di belakangnya. Itu adalah masalah pikiran. NLP mengibaratkan pikiran Anda adalah suatu ruangan kosong dan tergantung apakah Anda akan mengisinya dengan hal baik atau buruk. Inilah yang menghambat seseorang untuk melangkah ke masa depan.”
Jadi, karena seseorang tidak merasa bahagia, bukan berarti kebahagiaan itu tidak ada. Kebahagiaan sering tidak kita dapatkan karena kita suka menyederhanakan sesuatu salah pada tempatnya,tegas Hing.
Sumber: sehatnews.com