Kafein Berlebihan Pengaruhi Kecerdasan Emosi

Ngopi adalah cara yang paling populer dilakukan orang untuk membunuh rasa kantuk. Hal ini karena kandungan kafein di dalam kopi membuat Anda merasa lebih waspada, segar dan meningkatkan suasana hati. Banyak studi menunjukkan bahwa kafein bisa meningkatkan kinerja fungsi kognitif (memori, fokus) seseorang dalam jangka pendek.

Kenyataannya hal tersebut tak sepenuhnya benar. Penelitian terbaru dari Johns Hopkins Medical School mengeluarkan fakta mengejutkan, kafein ternyata tidak benar-benar bisa meningkatkan performa kerja kognitif Anda. Studi ini mempelajari tentang peningkatan kinerja kognitif dengan cara mengendalikan kebiasaan minum kopi dari para peserta. Dalam penelitian ini, para peserta yang diuji adalah orang-orang yang biasa menikmati 2-4 cangkir minuman berkafein yang setara dengan 200-800 mg kafein sehari.

Hasilnya, penelitian ini menemukan bahwa kafein bisa menimbulkan ketergantungan. Ketika terbiasa menikmati kafein, maka ketika kinerja kognitif dan suasana hati Anda menurun maka Anda berpikir bahwa hanya kafeinlah yang bisa membuat Anda kembali bersemangat. Padahal sebenarnya kafein tidak meningkatkan kinerja Anda, namun hanya mengembalikannya ke tingkat normal untuk waktu yang singkat.

Saat minum kafein, tubuh akan melepaskan adrenalin yang menjadi sumber respon untuk ‘melawan atau lari’, yang secara tak langsung memaksa tubuh untuk kembali bekerja. Namun, ketika kafein memaksa otak dan adrenalin untuk bekerja, hal sebaliknya akan terjadi pada tingkat emosional Anda.

Kafein memberi pengaruh pada perilaku emosional dan membuat Anda jadi cepat marah, atau cemas. Berdasar studi yang dilakukan di Carnegie Mellon University mengungkapkan, lonjakan adrenalin akibat kafein juga berakibat negatif pada kenaikan tekanan darah, stimulasi jantung berlebihan, jantung berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur. Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional.

Pengaruhi kualitas tidur
Kafein juga memberi pengaruh pada kualitas tidur Anda. Di dalam tubuh, kafein memiliki ‘waktu hidup’ enam setengah jam, ini berarti butuh waktu 24 jam penuh untuk kembali mengeluarkan kafein dari dalam tubuh. Ketika minum kafein pada pukul delapan pagi maka kafein masih akan tersisa 25 persen di dalam tubuh sampai pukul delapan malam. Dan kafein ditambahkan di siang hari, maka Anda sudah memiliki 50 persen kafein dalam tubuh sampai waktu malam. Buruknya, setiap kafein dalam aliran darah akan membuat Anda sulit tertidur.

Ketika Anda akhirnya tertidur, kafein akan mengganggu kualitas tidur Anda mengan mengurangi gerakan mata cepat (Rapid Eye Movement/REM) saat tidur sehingga tidur jadi kurang nyenyak dan memengaruhi tingkat emosi di pagi hari. Akhirnya, saat bangun Anda merasa membutuhkan secangkir kafein lagi untuk membuat Anda jadi lebih baik dan membuat adrenalin kembali melonjak.

Seperti stimulan apapun, secara fisiologis dan psikologis, kafein menimbulkan kecanduan (adiktif). Maka untuk menghindarinya, sebaiknya secara perlahan kurangi asupan kafein Anda dalam satu hari. Namun, para peneliti di John Hopkins menemukan bahwa pengurangan kafein bisa membuat seseorang mengalami sakit kepala, mudah lelah, mengantuk, sulit konsentrasi, depresi dan kecemasan setelah mengurangi asupan kafein satu cangkir per hari.

Hal ini bukan berarti Anda tak boleh sama sekali menikmati kafein. Hanya saja kadar kafein yang disarankan adalah satu cangkir kafein per hari atau sekitar 100 mg kafein. Berhati-hatilah saat menikmati kopi di berbagai gerai kopi, karena kadar kafein dalam satu gelasnya bisa mencapai 180-415 mg kafein per saji-nya.

Sumber: kompas.com