Musim hujan sudah datang. Hari Minggu kemarin, sejumlah wilayah di Jakarta diguyur hujan deras. Dan bukan cuma hujan, gelegar petir di angkasa juga membuat suasana mencekam. Dan seperti banjir bandang, petir juga bisa meminta korban jiwa.
Minggu kemarin itu, misalnya, ada enam orang disambar petir. Dua orang di antaranya bahkan meninggal dunia. Tiga lain luka parah. Mungkin korban jiwa itu tidak akan jatuh jika kita tahu bagaimana cara menangkal petaka dari kilatan berbahaya itu.
Sebagaimana diketahui bahwa negeri kita ini, yang merupakan daerah khatulistiwa, berhawa panas dan lembab menyebabkan curah hujan sangat tinggi di banding sejumlah negara lain di Asia Tenggara.
Gelegar petir juga sering bergemuruh. Bahkan daerah Cibinong, di timur Jakarta, tercatat oleh Guinness Book of Record dengan jumlah petir terbanyak, yaitu 322 petir setahun. Mungkin mereka yang sudah belajar soal ini sudah paham, tapi kita umumnya belum tahu bagaimana proses terjadinya petir itu, dan menangkalnya.
Sejumlah ahli menyebutkan bahwa petir terjadi karena perbedaan potensial muatan antara awan dan bumi, atau awan dengan awan lainnya. Muatan pada awan itu terjadi karena awan bergerak terus menerus secara teratur.
Selama pergerakan itu awan akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi. Sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Biasanya ini terjadi sebelum awan ‘menumpahkan’ hujan.
Awan sendiri terdiri dari jutaan butiran air dan es beku di udara. Selama proses interaksi, butiran air berbenturan dengan awan lain yang sedang kembali mencair (kondensasi) ke atas. Benturan ini mengakibatkan muatan negatif (elektron) terjatuh.
Elektron tersebut terkumpul di bagian bawah memberikan muatan negatif dan awan yang naik yang kehilangan elektron, membawa muatan positif ke bagian atas.
Pada titik ini, udara yang naik mempunyai kemampuan untuk membawa muatan positif ke awan bagian atas, bagian beku lainnya akan terjatuh ke bagian awan terbawah atau menuju ke tanah. Kombinasi antara benturan dan pembekuan ini menyebabkan perbedaan muatan yang sangat besar, dan mengakibatkan terjadinya sambaran petir.
Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan ini udara mengandung kadar air yang lebih tinggi. Sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar-awan yang berbeda muatan.
Kuat
Petir merupakan salah satu fenomena alam yang paling kuat dan menghancurkan. Kekuatan petir yang pernah tercatat yakni mulai dari ribuan ampere sampai 200.000 ampere. Angka ini setara dengan kekuatan yang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt.
Meskipun arus petir hanya sesaat, kira-kira selama 200 mikro-detik tapi kerusakan yang ditimbulkan sangat luar biasa. Efek dari serangan langsung sangat jelas terlihat, mulai dari kerusakan bangunan, kebakaran, sampai bahaya kematian bagi manusia.
Selain itu pada saat petir menyambar akan ada loncatan muatan listrik ke benda yang bersifat konduktor di sekitar pusat hantaman. Loncatan ini bahkan bisa mengalir kemana-mana hingga puluhan kilometer.
Untuk menghindari bahaya petir, ada beberapa metode untuk melindungi diri. Metode yang paling sederhana tapi sangat efektif adalah metode Sangkar Faraday. Ini adalah metode dengan melindungi area yang hendak diamankan dengan menaunginya menggunakan konduktor yang dihubungkan dengan pembumian (menghubungkan sesuatu ke bumi).
Tempat pembumian ini berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor dari tembaga ke batang pembumian yang tertanam di dalam tanah.
Sumber: viva.co.id