Pengembangan teknologi agar lebih efisien dan tentu saja lebih terjangkau oleh khalayak alias lebih murah mendorong para ilmuwan untuk melakukan berbagai macam penelitian. Kali ini sebuah penelitian yang agak lama namun belum juga rampung mencoba menyempurnakan keberadaan baterai isi ulang yang didesain sebagai penyimpanan energi hingga 10 kali lipat dari baterai konvensional serta menggunakan bakar udara.
Para ilmuwan berharap percobaan baterai ini bisa membuka jalan untuk generasi baru mobil listrik, ponsel serta laptop. Dilansir dari erabaru.net, sebuah penelitian yang dibiayai oleh Dewan Riset Teknik dan Ilmu Fisika (EPSRC) yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas St. Andrews bekerja sama dengan Strathclydedan Newcastle sedang mengembangkan baterai berbahan bakar udara.
Desain baru tersebut berpotensi meningkatkan kinerja produk elektronik portabel dan memberikan dorongan bagi industri energi yang dapat diperbarui. Para ilmuwan mengklaim baterai ini bisa menghasilkan listrik dari sumber-sumber seperti angin atau surya. Baterai berhenti menghasilkan energi ketika cuaca berganti atau pada saat malam hari tiba.
Peningkatan kapasitas baterai, berdasarkan hasil penelitian, berkat penambahan bagian yang memakai oksigen yang diserap dari udara ketika proses discharge, menggantikan bahan kimiawi yang dipakai pada sistem baterai saat ini.
Tersedia pada 2014
Sel STAIR (St. Andrews Air) seharusnya lebih murah daripada baterai rechargeable saat ini, ungkap para ilmuwan. Pasalnya komponen baru tersebut terbuat dari karbon berpori yang jauh lebih murah daripada litium oksida kobalt pada baterai biasa. Proyek penelitian empat tahun ini menemukan perulangan interaksi komponen karbon dengan udara mampu menciptakan sikluscharge dan discharge. Hasil ini telah melipat-tigakan kapasitas penyimpanan pada sel STAIR.
“Kuncinya adalah menggunakan oksigen di udara sebagai perantara daripada membawa bahan kimia untuk dimasukkan ke dalam baterai,” ucap koordinator peneliti dari Departemen Ilmu Kimia di Universitas St Andrews, Profesor Peter Bruce mengatakan,
Dijelaskannya, oksigen yang ditarik dari permukaan baterai kemudian terekspos dengan udara akan bereaksi di dalam pori karbon untuk membuang sisa baterai. Bruce menambahkan, proses ini bukan hanya gratis namun komponen karbon juga jauh lebih murah daripada teknologi yang ada sekarang. Dia memperkirakan sel STAIR akan tersedia di pasaran setidaknya pada 2014 nanti.
Bruce menambahkan, proyek baterai berbahan bakar udara yang ia garap difokuskan untuk memahami lebih mendalam tentang bagaimana reaksi kimia pada beterai bekerja dan menyelidiki cara untuk meningkatkannya. Tim peneliti juga berusaha untuk menghasilkan sel protipe STAIR yang cocok untuk aplikasi kecil seperti ponsel atau MP3 player.
Sumber: harianjogja.com