1. Kurang networking.
Tidak punya kenalan di perusahaan-perusahaan yang Anda lamar, bisa jadi penyebab terjegalnya Anda di babak-babak awal perekrutan. Untuk lowongan yang tidak dipublikasikan di media, biasanya perusahaan akan memilih untuk merekrut kandidat yang berasal dari orang terdekat perusahaan itu. Bila tidak ada, baru mereka merekrut orang luar jadi sambil menunggu kabar surat lamaran yang dikirim ke beberapa perusahaan, karenanya rajin-rajinlah berkumpul bersama teman atau keluarga. Obrolannya jangan melulu curhat tentang pacar ya, tapi kumpulkan juga informasi tentang perusahaan tempat mereka bekerja. Siapa tahu ada lowongan menarik.
2. Minim informasi.
Kalau setiap interviewer bertanya pada Anda tentang perusahaan tersebut Anda selalu menjawab tidak tahu, geleng-geleng kepala, atau malah melambaikan tangan tanda menyerah, wajar jika Anda tidak pernah dipanggil lagi untuk kesempatan interview berikutnya. Perusahaan mana pun akan lebih memilih kandidat yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahan itu dibanding yang sedikit, apalagi yang tidak tahu sama sekali.
Jadi sebelum datang untuk wawancara, pastikan Anda tahu persis perusahaan yang dilamar. Gali informasi dari surat kabar, internet dan teman-teman yang bekerja di sana. Cari tahu sejarah perusahaanya, ideologi, jenis usahanya, hingga anak perusahaanya, Jawaban yang siap akan menunjukkan bahwa kita punya ketertarikan yang besar akan perusahaan, dan menunjukkan niat yang sungguh-sungguh untuk bergabung dan bekerja.
3. Kurang spesifik.
Pengalaman kerja banyak, tapi tidak harus menyebutkan semuanya di CV. Sebaiknya, kita lebih fokus dan spesifik pada pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan yang kita lamar untuk ditulis di dalam CV. Kalau Anda melamar untuk posisi marketing, tidak perlu menyebutkan pengalaman Anda terdahulu sebagai finance. Makin fokus, semakin baik. Sebutkan saja penghalaman Anda dalam berorganisasi dalam seksi promosi dan publikasi.
4. Hati-hati berkata-kata.Memperhatikan kata-kata saat menulis surat lamaran itu sangat wajib dilakukan. Satu kata yang rancu bisa menimbulkan persepsi yang berbeda. Apalagi ketika wawancara kerja, kata-kata yang kita ucapkan menggambarkan bagaimana kepribadian dan pengetahuan kita. Jangan sampai karena keasyikan bercerita mengenai diri kita, malah jadi keterusan curhat. Lebih gawat lagi kalau perusahaan terdahulu yang menjadi bahan curhatan kita.
5. Negatif di dunia maya.
Akibat perkembangan zaman, kita kadang jadi memindahkan isi diary ke jejaring sosial. Niatnya mungkin hanya mengungkapkan isi hati, tapi semua orang bisa melihat. Termasuk para rekruter yang sedang mengumpulkan informasi mengenai diri kita. Jangan sampai ketika dia mengetik nama kita di search engine, yang keluar hanya umbaran kekesalan dengan teman, pacar, keluarga, perusahaan terdahulu atau si perusahaan yang tidak kunjung memberi kabar. Coba cari status, foto, video, dan postingan kita berpotensi merusak image positif yang coba kita ‘jual’ ke perusahaan.
6. Kurang jujur.
DI dalam CV Anda berpromosi habis-habisan tentang keahlian atau pengalaman yang dimiliki. Bahkan, sangking semangatnya mungkin Anda terkesan berlebihan dalam memberikan informasi. Promosi boleh, tapi mesti sesuai fakta, jangan sampai, perekrut mendapati hal yang tidak sesuai dengan informasi di CV saat wawancara. Niat merekrut Anda bisa gagal total gara-gara mereka tahu Anda berbohong. Lebih baik tunjukkan bahwa kita fokus pada satu keahlian yang dimiliki dan berhubungan dengan posisi yang kita incar. Akan lebih bagus bila informasi ini didukung dengan sertifikat.
7. Terlalu irit atau bertele-tele.
Ketika wawancara, usahakan agar jawaban kita tidak irit dengan hanya menjawab “Iya, Bu” atau “Tidak, Pak”. Jawaban seperti ini hanya akan menyiratkan bahwa kita tidak terlihat antusias untuk bekerja di perusahaan mereka. Namun bukan berarti kita harus menjawab dengan bertele-tele. Jawablah pertanyaan interviewer dengan pas, tidak kurang dan tidak lebih. Maka itu, disarankan untuk berlatih menjawab pertanyaan umum sebelum interview. Jadi kita bisa mempersiapkan jawaban yang smart.
8. Gaji tidak cocok.
Terkadang memang serba salah ketika kita harus menjawab “Berapa gaji yang Anda minta?”. Nominal yang terlalu kecil bisa mencerminkan kita kurang bisa menghargai kemampuan kita sendiri, sedangkan nominal yang terlalu besar bisa membuat kita ditolak karena mereka menganggap kemampuan kita mungkin tidak sebanding dengan besarnya gaji yang kita minta. Jadi pastikan Anda melakukan survei kisaran gaji di bidang yang di lamar, sehingga Anda bisa menyebutkan angka yang pas saat interview.
Sumber: (Majalah Chic/Precila Meirisa)