Industri perfilman nasional memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri kreatif, mengingat animo anak muda terhadap produksi film begitu tinggi. Di berbagai pelosok daerah muncul kantong-kantong komunitas anak muda pembuat film.
Sejak masa reformasi tahun 1998, terjadi semacam gebrakan terhadap produksi film Indonesia. Pada masa Orde Baru, orang baru dipercaya untuk memproduksi film setelah melalui tahapan begitu panjang, seperti menjadi asisten sutradara sebanyak tujuh kali, baru kemudian bisa coba menjadi sutradara. Tahapan serupa terjadi pada penata kamera. Sekarang ini semua orang bisa menjadi sutradara dan penata kamera. Tanpa ada aturan tertentu.
Untuk meningkatkan kualitas karya anak muda ini, IKJ berencana membuat workshop di sembilan kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Balikpapan, dan Batam. Peserta dari berbagai pelosok daerah dapat memilih lokasi workshop yang dekat dengan kota mereka.
Antusiasme anak muda, baik dari sisi penonton maupun pembuat film, juga terlihat dari larisnya acara festival film lokal. Gotot pernah mengadakan festival film independen pada 2002-2003 dan mampu mengumpulkan sekitar 3.000 produksi film independen yang dibuat oleh peserta yang umurnya sangat variatif, yaitu 7-70 tahun.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tugas membenahi bagian hulu perfilman, termasuk meningkatkan kualitas produksi film. Wiendu berharap, pelatihan produksi film ini nantinya juga dikenalkan di sekolah-sekolah.
Sumber : Kompas Cetak