Keberhasilan pendidikan karakter juga ditentukan oleh peran serta guru. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian para pendidik adalah, bertutur kata dengan baik dan benar. Bahasa yang dilontarkan guru harus bermuatan kebajikan dan kalimat-kalimat positif.
Bahasa kebajikan merupakan salah satu bagian dalam pendidikan karakter yang tidak hanya membentuk siswa agar baik secara akademis tetapi juga berperilaku.
“Beri pengakuan kepada siswa, misalnya, mengucapkan terima kasih karena telah datang tepat waktu,” ujar Kepala Sekolah Cita Buana, Diah S Rajasa, di Jakarta, Sabtu (25/2/2012).
Guru, sebut Diah, harus bisa memberikan apresiasi kepada siswa ketika dia berbuat sesuatu yang benar. Akan tetapi, bahasa yang disampaikan juga harus bijak dan tepat.
“‘Kamu anak laki-laki yang baik sekali‘. Ini bahasa kebajikan yang tidak boleh diucapkan,” jelas Diah.
Mengapa tidak boleh? Guru, jelas Diah, harus bisa lebih detil memberikan apresiasi agar siswa mengetahui apa kebaikan yang telah dilakukannya.
“Bahasa kebajikan yang boleh, misalnya, ‘Kamu telah berbuat baik karena telah menunjukkan siswa baru di mana kursinya‘. Atau, ‘Kamu telah melakukan pekerjaan bagus bekerja sama dengan anggota-anggota di kelompokmu hari ini‘,” papar Diah.
Kalimat-kalimat positif juga harus dilontarkan guru ketika memberikan peringatan terhadap siswanya. Maksudnya, kata yang digunakan harus kata yang tidak mengandung makna negatif.
“‘Andi, kamu perlu bersikap lebih tenang. Bagaimana kamu bisa menjadi seorang teman bilamana kamu masih memiliki rasa marah?‘. Di sini kata kebajikannya ‘tenang’,” jelas Diah memberikan contoh.
Hasil dari pendidikan karakter juga tidak bisa dilihat dalam waktu singkat. Tetapi, hal-hal positif yang ditanamkan sejak dini akan terekam oleh anak sehingga membawanya menjadi pribadi yang baik saat beranjak remaja atau dewasa.
Sumber: kompas.com