Pengamat musik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengatakan, musik sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan bisa mempengaruhi kehidupan seseorang, mulai dari cara berpikir sampai pada perilaku.
“Bagaimana orang tua di Bali mendukung anak-anaknya belajar tabuh dan tari Bali lewat sanggar maupun sekolah dalam kegiatan ekstra kurikuler,” katanya di Denpasar, Kamis.
Pengelola Sanggar Selukat Pengosekan, Ubud, Kabupaten Gianyar, itu menilai, pelajar begitu antusiasnya memperajari musik tradisional Bali (gamelan) maupun tari Bali.
Namun pelajar menghadapi kendala yakni terbatasnya media-media informasi yang menunjang seperti buku, perpustakaan dan sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran ke arah berkembangnya seni budaya, sebagai landasan kehidupan yang dinamis.
Kondisi itu menyebabkan pula para siswa dalam berbagai jenjang pendidikan hanya mengerti tentang cara-cara bermain gamelan Bali dan kencendrungan lebih peduli pada hasil akhir.
Dewa Alit menambahkan bahwa kurangnya penyerapan nilai-nilai perjalanan sejarah yang berhubungan dengan perkembangan kesenian gamelan, akibat terbatasnya informasi tersebut.
Kondisi demikian dikhawatirkan menyebabkan generasi berikutnya kurang cermat membicarakan musik hingga hampir tidak ada melahirkan kritikus yang andal.
Padahal dalam kondisi sekarang dibutuhkan suatu perbandingan yang bisa memotivitasi kehidupan masyarakat yang seimbang antara pencipta, menikmat dan pengkritik seni, sehingga bermanfaat untuk kehidupan seni itu sendiri, ujar Dewa Alit.
Sumber: kompas.com