Cerdas. Sebuah kata yang identik dengan tingginya pengetahuan seseorang dalam berbagai hal. Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar memahami, memutuskan dan beropini berdasarkan alasan tertentu. Seringkali kita salah artikan mengenai seseorang yang cerdas. Cerdas cenderung dikorelasikan dengan ilmu pengetahuan.
Dalam satu kasus, terdapat 2 orang anak yang berbeda. Anak A merupakan seorang pelajar SMP terfavorit di sebuah sekolah swasta di Jakarta. Si A termasuk anak yang ‘pintar’ dalam berbagai pelajaran. Lain lagi dengan si B. Umur nya sama dengan si A. Namun, dia putus sekolah karena kedua orang tuanya tidak dapat membiayai sekolahnya.
Si B merupakan pekerja keras. Setiap hari dia membantu orang tuanya berjualan. Kehidupan keras, menuntut dirinya untuk bertahan hidup. Ya, tujuannya adalah mencari dan memperbaiki perekonomian bagi dirinya dan keluarga nya.
Pada saat yang bersamaan, antara Si A dan Si B dapat kita bandingkan. Keduanya sedang dalam proses berpikir. Si A berpikir untuk mengetahui, mencari, mengembangkan pengetahuan dengan tujuan mendapatkan nilai terbaik di Sekolah nya.
Sedangkan Si B, proses berpikir untuk terus mencari dan mendapatkan materi untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
Dalam pandangan saya, Si B mungkin lebih pintar daripada SI A. Dengan kondisi seperti itu, dia membuktikan kecerdasannya dalam menghadapi tekanan hidup yang sangat keras, dan mereka lolos.
Sementara, Si A yang masih bergelut dengan berbagai macam pelajaran dan terus berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik.
Ya, di sekolah-sekolah biasanya hanya menghimbau anak didik untuk rajin belajar, untuk mendapatkan nilai terbaik. Dengan begitu, mereka selanjutnya akan seperti itu sampai ke tingkat yang lebih tinggi, tentu saja pengetahuan pun akan semakin banyak. Setelah lulus, akan mencari kerja dan tentu saja untuk mendapatkan uang. Tujuannya tak lain untuk tetap bertahan hidup dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan yang sudah dimiliki.
Si A melalui proses panjang yang pada akhirnya mengalami kondisi ‘dalam tekanan’ untuk menghidupi dirinya/bertahan hidup.
Selama itu pun, Si B mendapatkan banyak pengalaman dari panjang nya waktu ‘dalam tekanan’ untuk bertahan hidup.
Untuk menjadi pintar memang harus bersekolah. Tapi untuk menjadi cerdas tidak harus bersekolah tinggi-tinggi. Pada akhirnya seseorang akan diuji dengan tekanan hidup masing-masing. Jika kita dapat lolos dan meningkatkan kualitas hidup, mungkin kita adalah orang yang cerdas.
Sumber: savegemini86.blogspot.com