Keinginan membeli terkadang muncul hanya karena melihat diskon atau kemasan yang menarik. Untuk mengurangi kebiasaan itu, Anda harus bisa menyiasati hobi belanja tersebut dengan trik berikut:
Bedakan antara ‘butuh’ dan ‘ingin’
Membedakan kebutuhan dan keinginan memang tidak sulit. Tapi yang lebih sering terjadi adalah keinginan menempel pada kebutuhan. Sehingga semua keinginan dianggap sebagai kebutuhan.
Membeli sepatu baru mungkin menjadi kebutuhan ketika sepatu lama kita sudah usang. Tetapi membeli sepatu bermerk tertentu bukan lagi kebutuhan, tapi sudah menjadi keinginan.
Uang tunai terbatas
Kenapa bisa memiliki kebiasaan belanja yang berlebihan? Pertama, karena punya keinginan yang sulit dikendalikan ketika melihat barang-barang tertentu. Kedua, karena punya kesempatan untuk memenuhi keinginan tersebut. Yaitu punya uang atau sarana berhutang untuk membelinya.
Jadi, kalau kita masih kesulitan untuk membatasi keinginan, cobalah batasi kesempatannya. Batasi uang tunai yang dibawa. Biasakan hanya membawa kartu debet saat berbelanja. Gunakan kartu kredit hanya untuk kondisi darurat.
Alihkan menjadi belanja produktif
Pada level tertentu, kepuasaan yang didapatkan ketika belanja berlebihan bukanlah untuk memiliki sesuatu, tapi kepuasan karena bisa membeli sesuatu. Kepuasan terjadi bukan ketika menggunakan barangnya, tapi ketika membelinya.
Untuk bisa tetap memenuhi hasrat membeli tapi tidak menjadi boros, coba alihkan pembeliannya menjadi sesuatu yang lebih produktif atau tahan lama. Daripada membeli pakaian yang harganya jelas turun, lebih baik belanja perhiasan emas yang harganya stabil bahkan bisa naik.
Daripada beli perlengkapan rumah yang ternyata juga sangat jarang dipakai, lebih baik beli reksadana, beli deposito, atau saham yang jelas bermanfaat untuk investasi.