Pada 1976, tim psikolog mengumpulkan partisipan yang saat itu masih duduk di bangku sekolah kelas 1, 4, dan 7. Peneliti mengumpulkan pendapat para partisipan terkait teman-teman di sekolah. Misalnya apakah teman mereka penyayang, suka membantu, suka menekan, atau berbuat kasar.
Para partisipan itu kemudian diperhatikan terus rekam jejak serta pertemanan hingga 20 tahun. Setelah 20 tahun, tim peneliti menganalisis perkembangan mental masing-masing partisipan misalnya terkait tingkat keterbukaan, ekstrovert, mudah menerima, dan kekasaran.
Hasilnya, ujar salah satu peneliti Alexa Martin-Storey, kebanyakan pengalaman dari sahabat terutama di masa sekolah memberikan pengaruh yang kuat atas perilaku sosial serta tingkat kesuksesan seseorang saat dewasa.
“Informasi dari studi kami dapat digunakan untuk mempromosikan hasil yang lebih baik bagi anak dan menolong anak-anak dan orangtua untuk mengembankan mekanisme efektif yang mendorong menarik tingkah laku agresif atau asosial menjadi perilaku yang lebih prososial,” tambah kolega penelitian Storey, Lisa Serbin.