Depresi Sosial Media Mengincar Remaja

Hari gini, nggak eksis di jejaring sosial? Ckckckc.. anak muda apaan tuh! Well, tanpa perlu kita sadari, ungkapan seperti hampir selalu terlontar, saat seseorang dari kita atau bahkan orang terdekat kita nggak punya twitter, nggak punya instagram, nggak aktif di Facebook, nge-blog dan sebagainya.
Cuma pernah kebayang nggak sih, kalau efek sosial media yang kira-kira udah sekitar 5 tahun ini merajalela, dapat menimbulkan efek yang buruk kepada diri kita sendiri, terlepas dari fakta bahwa anak umur dibawah 13 tahun pun sudah mempunyai akun jejaring sosial ya.
Dari semua penguna Facebook saja, kelompok usia 13-15 tahun adalah salah satu kelompok yang mempunyai anka terbesar dalam kategori pengguna aktif. Makanya nggak heran kalau kelompok usia remaja produktif sangat rentan terhadap masalah penyimpangan perilaku di media sosial, ketimbang usia dewasa.
Beberapa waktu lalu, American Academy of Pediatrics (AAP) melaporkan hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa media sosial, termasuk situs  jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, dan Twitter, situs game dan virtual,  Club Penguin, Second Life, dan Sims bahkan untuk Situs video seperti YouTube dan blog lainya, telah menyebabkan masalah cyberbullying dan fenomena baru yang disebut “Depresi Facebook” yang didefinisikan sebagai depresi yang terjadi ketika pra remaja (anak-anak) dan remaja banyak menghabiskan waktu di situs media sosial yang  pada akhirnya mulai menunjukkan adanya gejala depresi.
Hiburan dan komunikasi  yang mudah dan “mengiurkan” bagi anak muda dan telah tumbuh secara eksponensial. Mereka terlibat secara aktif dan telah menjadi kegiatan rutin bahkan secara berlebihan telah menjadi kecanduan.
Sumber: hai-online.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *