Dongeng Pun Bisa Bantu Pemulihan Trauma Anak

Dongeng yang selama ini digemari anak-anak tidak hanya memberikan pendidikan dasar mengenai penyerapan pesan-pesan moral dan karakter saja, tetapi lebih dari itu melalui cerita dongeng dapat menjadi sarana pendidikan nonformal yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan orangtua dalam memulihkan trauma dan memenuhi dahaga anak berkebutuhan khusus lainnya.
Yang perlu diperhatikan, pendongeng hanya membuat anak-anak gembira dengan cerita yang tidak ada hubungannya dengan bencana. Cari materi dongeng yang ceritanya jenaka, kemudian baru mengenalkan materi dongeng soal alam, misal air dan segala kebaikannya, air dapat menjadi kawan dan lawan dan seterusnya. Jika sudah lebih baik lagi, baru dongeng pilihannya adalah rekayasa penyembuhan apa yang telah dialaminya.

Selain itu, metode mendongeng untuk anak berkebutuhan khusus ini perlu diimbangi dengan mempertimbangkan usia pendengarnya. Anak usia 4 tahun ke bawah lebih baik disuguhi dongeng dengan materi yang ringan dan sesuaikan dengan kompleksitas konflik yang dialami anak. Semakin kompleks masalahnya, carilah materi dongeng yang semakin jenaka.

Sementara itu, anak usia di atas 4 tahun sampai SMP lebih baik disuguhi cerita yang menggunggah dan penuh perjuangan. Tokoh-tokoh heroik dan cerita yang menggugah boleh ditampilkan di sini. Mereka sudah lebih siap untuk mendengarkan dongeng dan menyerapnya sebagai pembelajaran hidup melalui karakter yang ditampilkan .

Untuk anak berkebutuhan khusus juga, pendongeng juga perlu lebih memperhatikan posisinya saat mendongeng. Dengan demikian, anak akan lebih tertarik terhadap materi yang akan disampaikan.

Sumber: kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *