Gaya Kerja ‘Nongkrong di Kafe’ Makin Digemari

Kemajuan teknologi tak hanya membawa kemudahan dalam proses bekerja, namun juga membawa perubahan dalam gaya bekerja para karyawan. Terutama yang paling disorot adalah soal gaya kerja mobile yang sering dilakukan sambil ngopi-ngopi di kafe.

Hal ini pun diperkuat oleh laporan Citrix Workplace of the Future. Laporan ini menyebutkan bahwa saat ini telah muncul pertumbuhan generasi karyawan cerdas digital yang ingin menggunakan smartphone dan perangkat bergerak mereka, baik untuk bekerja maupun bermain.

Dalam laporan yang disurvei dari 1.900 pekerja senior TI sebagai para pengambil keputusan di 19 negara tersebut, terungkap bahwa karyawan di Asia Tenggara rata-rata menggunakan empat perangkat komputasi (desktop, laptop, notebook, netbook, ultrabook, smartphone, tablet) untuk bekerja dan bermain setiap hari.

Survei yang dilakukan secara independen oleh Vanson Bourne dan diminta oleh Citrix itu menunjukkan bahwa sepertiga dari karyawan (29%) tidak lagi bekerja dari dalam kantor tradisional mereka.

Secara global, seperempat (24%) dari organisasi telah sepenuhnya melaksanakan gaya kerja mobile. Saat ini, 21% dari organisasi di Asia Pasifik juga telah sepenuhnya melaksanakan gaya kerja mobile untuk karyawan mereka.

Studi ini juga memprediksi bahwa sebelum pertengahan tahun 2014, sekitar 83% dari organisasi di seluruh dunia akan memberlakukan gaya kerja mobile.

Singapura memimpin penerapan gaya kerja mobile di Asia Tenggara dengan 28%. Di Malaysia, 14% dari organisasi yang disurvei telah sepenuhnya menerapkan gaya kerja tersebut, sementara Thailand masih dalam tahap awal pelaksanaan dengan 10% dari organisasi yang telah sepenuhnya menerapkan gaya kerja ini.

Berikut beberapa alasan perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik mendukung gaya kerja mobile:

-. Di Asia Pasifik, fleksibilitas karyawan (69%) adalah benefit utama, diikuti dengan produktivitas pribadi (66%) dan pengurangan waktu perjalanan (66%)

-. Organisasi-organisasi di Asia Pasifik yang telah menerapkan gaya kerja mobile melaporkan bahwa mereka mendapatkan keuntungan dari tempat kerja yang lebih fleksibel dan tangkas (76%), pengeluaran yang terkait dengan karyawan lebih rendah (56%), serta kelangsungan bisnis yang lebih baik (40%).

-. 62% dari responden di Asia Pasifik berencana untuk memperbaiki lingkungan kerja dengan mendukung lingkungan kerja yang fleksibel.

-. Permintaan akan meningkatnya produktivitas karyawan mendorong organisasi untuk menerapkan kebijakan BYOD secara formal (62%).

Meski ada peningkatan dalam penggunaan ponsel cerdas di tempat kerja, organisasi-organisasi di kawasan ini telah menekankan kekhawatiran mereka mengenai keamanan informasi dan karyawan yang tidak memahami risiko menggunakan perangkat mereka sendiri untuk mengakses informasi bisnis.

Memang, tantangan utama yang menghambat pelaksanaan bring your own device (BYOD) menurut laporan Workplace of the Future adalah kekhawatiran mengenai keamanan informasi (65%) dan karyawan
tidak memahami risiko menggunakan perangkat mereka sendiri untuk mengakses informasi bisnis (52%).

Yaj Malik, Area Vice President ASEAN Citrix mengatakan, organisasi-organisasi mendorong karyawan untuk bekerja secara efektif di luar tempat kerja tradisional dengan menggunakan perangkat pribadi mereka sendiri untuk meningkatkan pendapatan bersih — dengan membuat organisasi lebih responsif, meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya dan manajemen perangkat.

“Teknologi yang memungkinkan tempat kerja masa depan sudah tersedia dan terbukti, dan rencana untuk mendesain ulang tempat kerja dapat dengan mudah dilakukan. Para pemenang sebenarnya adalah mereka yang bisa mengelola manusia dan budaya dengan benar, untuk memberdayakan tenaga kerja masa depan,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (1/10/2012).

Organisasi mengandalkan beberapa teknologi yang saling melengkapi untuk mengelola beberapa strategi gaya kerja mobile mereka saat ini dan di masa depan.

Semua teknologi–teknologi tersebut difokuskan pada pengelolaan data dan aplikasi yang aman, termasuk virtualisasi desktop dan toko aplikasi enterprise, serta file sharing online, pertemuan dan layanan kolaborasi untuk tenaga kerja yang didistribusikan/distributed workforce.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *