Jamu Racikan Makin Diminati Masyarakat

Sejumlah pengusaha jamu racikan di Kediri, Jawa Timur, mengatakan prospek usaha ini sangat potensial, terlebih lagi bahan baku yang digunakan adalah produk herbal atau alami untuk penyembuhan sakitnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu (43) seorang pengusaha obat herbal warga Kelurahan Banaran, Kecamatan Kota, Kediri, Selasa. Minat masyarakat yang ingin mendapatkan kesembuhan dengan obat alami semakin tinggi.
“Mereka semakin sadar manfaat obat-obatan herbal yang lebih baik untuk kesehatan ketimbang obat-obatan yang dibuat pabrik,” katanya ditemui di rumah.
Ia mengatakan, banyak penyakit yang tidak sembuh ketika diberi obat-obatan yang dibuat oleh pabrik. Namun, dengan pengobatan herbal seperti jamu racikan, ternyata penyakit mereka bisa sembuh.
Ia mencontohkan, seperti daun senggugu yang bisa untuk gurah, pule pandak untuk hipertensi, serta sejumlah tanaman obat lainnya. Jenis-jenis tanaman itu sudah sulit didapat, sehingga tidak banyak orang mengenalnya.
Wahyu sendiri sudah meracik jamu sejak lama. Awalnya, ia belajar dengan guru yang mengetahui tentang pengobatan pada 1995. Selain itu, ia juga belajar sendiri, membaca berbagai macam tanaman dan khasiatnya.
Hasilnya, ia saat ini sudah membuka usahanya ini, meracik jamu. Berbagai macam obat ia sediakan, baik untuk penyakit yang ringan seperti batuk sampai berat, seperti kanker.
Wahyu juga mengatakan, selama ini tidak pernah ada keluhan dari pasien yang datang berobat ke tempatnya. Hasil jamu racikannya pun juga pernah dibuat bahan penelitian seperti dari mahasiswa. Selain itu, instansi terkait juga pernah datang untuk melihat langsung jamu yang ia buat.
“Tidak pernah masalah tentang pasien. Kalau kami memberi obat, sebelumnya memang diperiksa kondisi kesehatannya, tekanan darahnya, serta beberapa keperluan lain. Itu untuk menentukan resep yang dibuat,” ucapnya.
Ia saat ini juga sudah berupaya untuk meminta agar pemerintah ikut membantu menggalakkan program toga atau tanaman obat keluarga. Dengan itu, diharapkan bisa dikurangi ketergantungan akan obat-obatan yang dibuat oleh pabrik.
“Dengan toga, mereka bisa membuat obat sendir,” ujarnya.
Menyinggung tentang harga, ia mengatakan sangat terjangkau daripada obat yang dibuat oleh pabrik. Ia biasanya membuat resep untuk pengobatan selama satu bulan sekitar Rp50 ribu, tergantung sakitnya. Namun, harga itu lebih murah daripada harga obat buatan pabrik (kimia).
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Sentot Imam Santoso mengatakan pemerintah memang mempunyai program kemitraan dengan para pengusaha jamu di Kota Kediri.
“Kami mendukung penuh adanya produk herbal, namun harusnya ada izin agar diketahui dengan jelas segi kualitas maupun dosisnya,” tuturnya.
Ia mangatakan, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran pun saat ini juga mulai merintis poliklinik paliatif yang juga melibatkan herbal untuk pengobatan. Seperti mereka yang sudah berusia lanjut, dapat memanfaatkan pengobatan herbal guna penyembuhan penyakitnya.
Dokter yang bertugas di tempat itupun juga harus mendapatkan pendidikan khusus, sehingga pengobatan bisa dilakukan seimbang.
 
Sumber: sehatnews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *