Manis Pahit Belanja Online

13492581192117396051Pengalaman pertama saya belanja online, seingat saya sudah cukup lama. Bertahun-tahun lalu, saat orang berjualan via facebook belum marak. Saya sering belanja online di situs Gramedia Online. Salah satu toko buku virtual kesayangan saya. Walaupun dulu metode pembayaran tidak bisa dibilang praktis, karena harus transfer dulu via bank, soalnya dulu pengiriman melalui atm bersama belum bisa. Jadi kalau bank penerima beda bank dengan kita mau tidak mau harus melakukan transfer dengan pergi ke bank terlebih dahulu. Setelah itu baru mengirim e-mail konfirmasi dan sebagainya.
Walau repot urusan bayar tapi saya terbilang cukup sering melakukan pembelian online untuk membeli buku tersebut. Salah satu alasannya karena praktis dalam memilih buku, tidak perlu pergi ke toko buku yang cukup jauh dari rumah saya -yang berarti perlu waktu lagi untuk berkendara dan  bertemu macet di jalan, tidak terburu-buru, bisa santai memilih buku, dan voila! Buku yang diinginkan bisa dikirim langsung ke alamat kita.  Selain itu, penjual tersebut adalah perusahaan yang punya nama dan reputasi baik. Itu alasan utama yang membuat saya tenang belanja online.
Saat ini kemudahan pembayaran telah  banyak difasilitasi oleh berbagai media pembayaran seperti misalnya kartu kredit atau melalui Paypal. Begitu pula  dengan transaksi perbankan, dengan adanya fasilitas transfer dengan sms banking atau internet banking , transfer dana menjadi  semudah membalik telapak tangan. Otomatis hal ini semakin memudahkan untuk belanja online.
Untuk belanja online di situs luar yang terkenal seperti ebay dan amazon, saya menggunakan pembayaran melalui Paypal, yang walau pendaftaran awalnya cukup sulit karena verifikasi yang berlapis, namun terasa mudah, nyaman dan aman untuk digunakan dalam bertransaksi. Berbelanja di luar negeri, karena terkadang saya memikirkan resiko barang hilang di perjalanan, walau ada fasilitas tracking dan sebagainya, membuat saya menjaga pembelian yang saya lakukan senilai yang bisa saya tanggung resiko pedihnya apabila hilang atau tidak sampai. Intinya saya cuma beli yang murah-murah saja, tidak pernah membeli sesuatu yang sekiranya membuat saya kesal dan sedih karena hilang, prinsipnya kalau sampai hilang tidak terlalu menyesak dada lah. Yang saya beli umumnya download software, game, lalu buku-buku bekas, sepatu bermerk bekas, atau aksesoris wanita yang etnik dan antik dari Nepal, misalnya. Lho kok banyak barang bekas? Soalnya saya suka beli barang bekas, karena walau bekas namun berkualitas, paling tidak masih berguna juga bermanfaat dengan harga yang jauh lebih murah daripada membeli baru.
Ada juga pembelian yang harus melalui kartu kredit. Misalnya di aplikasi iTunes milik Apple dan Playstore-nya Android. Tapi pembelian disana saya lakukan dengan minim sekali, misalnya software yang benar-benar perlu dan menarik. Lainnya banyak hanya  mendownload yang gratis-gratis saja.
Di dalam negeri, selain membeli buku online di Gramedia, saya kerap membeli juga komik bekas dari penjual perseorangan. Selain itu juga karena banyak barang yang ditawarkan penjual via belanja online, saya pernah membeli pakaian, tanaman hias seperti anggrek, parfum, dan obat jerawat. Pembayarannya rata-rata menggunakan metode transfer, setelah konfirmasi pembayaran lalu barang akan dikirim melalui kurir atau jasa pengirim barang yang disepakati.  Sejauh ini kebanyakan lancar tanpa masalah.
Tapi pernah juga sih saya mengalami pengalaman pahit belanja online. Pernah barang yang saya beli tak kunjung dikirim, juga penjual tidak mengangkat telepon dan membalas e-mail maupun sms saya. Setelah beberapa lama berusaha, akhirnya saya pasrah dan mendoakan saja semoga uang yang saya transfer bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya. *garuk-garuk kepala yang tidak gatal*.  Sangat berbeda dengan membeli di ebay, penjual takut sekali diberi nilai buruk oleh pembeli. Karena akan mengakibatkan ditutupnya account mereka oleh ebay. Bila ada keluhan, mereka akan merespon dengan cepat. Pernah saya membeli kacamata cengdem harga 25 ribuan saja sebanyak dua buah termasuk ongkos kirim pula, ternyata dikirim hanya satu, segera setelah komplain, penjual mengirimkan barang satu lagi, dengan permintaan maaf karena salah packing pada pengiriman awal.
Selain itu pernah juga di tagihan kartu kredit saya muncul tagihan-tagihan tidak jelas dari suatu situs online yang sama sekali tidak pernah saya lakukan. Segera saya hubungi bank penerbit kartu kredit saya, setelah melalui beberapa prosedur, kartu kredit saya diblokir dan diganti baru dan tagihan dari pembelian online tersebut dikembalikan oleh bank, sehingga tagihan saya nol kembali. Namun dengan catatan bila terbukti saya yang melakukan transaksi, bank akan menagih kembali. Sampai saat ini lewat dari setahun tidak ada tagihan lagi untuk transaksi siluman tersebut.
Berbekal pengalaman belanja online, saya juga jadi ikutan jualan online. Namun  karena pengalaman pahit saya dengan penjual yang tidak bertanggung jawab, saya selalu berusaha membangun hubungan baik dengan pembeli, intinya identitas saya harus jelas. Buat saya berjualan online ataupun offline, reputasi baik harus dijaga. Jelas orangnya, jelas alamatnya, dan jelas untuk dihubungi. Saya juga membuat database pelanggan, jadi kalau ada yang membeli lagi secara berulang, saya akan ingat dan menyapa namanya dengan akrab, walau itu lewat sms atau e-mail belaka, belum pernah bertatap muka.
Sumber: kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *