Materi Pelajaran pun Bisa Jadi Dongeng

Setiap orangtua pasti ingin punya anak yang pandai. Namun selama ini orangtua lebih mengutamakan kepandaian kognitif, padahal kecerdasan emosional dan character building juga tidak kalah penting. Bahkan, pembentukan karakter dan kecerdasan emosional sebaiknya sudah dilakukan saat anak berusia 3-7 tahun.
Orangtua bisa menstimulasi kecerdasan emosional anak dengan cara mendongeng. Karena, proses dalam mendongeng juga bisa membantu anak meningkatkan kecerdasan emosional sekaligus merangsang kecerdasan kognitif mereka. Dongeng juga bersifat fleksibel, karena materinya tidak harus dari buku-buku cerita.
“Selain berupa cerita tentang lingkungan, atau nilai-nilai moral, dongeng juga bisa menjadi alternatif cara untuk memelajari materi pelajaran di sekolah,” tukas pendongeng Awam Prakoso, saat talkshow di Hongkong Cafe, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan sedikit kreativitas dan imajinasi, orang tua bisa membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah dengan cara yang lebih menyenangkan melalui dongeng. Ditambahkan Awam, karena pada dasarnya semua orang suka bercerita, maka sebenarnya proses mendongeng ini bisa dilakukan oleh semua orang.
“Semua jenis materi pelajaran bisa didongengkan, misalnya pelajaran matematika, bahasa, sampai pelajaran kebudayaan,” tukas pendongeng dari Kampoeng Dongeng ini.  Misalnya saat belajar penjumlahan matematika, orangtua bisa membantu si kecil untuk berimajinasi dengan karakter binatang yang ada di hutan dan menjumlahkan semua binatangnya.
Menurut penelitian, situasi belajar yang terlalu serius akan membuat anak menjadi stres dan menyebabkan kapasitas otak anak untuk menyerap pelajaranmenurun sebesar 25 persen. Karena itu cara belajar yang menyenangkan dapat membantu anak terbebas dari stres akibat tekanan belajar yang mereka alami.
“Setelah seharian belajar di sekolah, di rumah mereka harus rileks agar tidak stres dan depresi,” tukas psikolog anak Efnie Indrianie, MPsi, dalam kesempatan yang sama.
Ditambahkan Efnie, salah satu kunci sukses untuk mendidik anak menjadi pandai dan kreatif adalah dengan membuat situasi belajar terasa menyenangkan dan membuat mereka gembira. Namun, belajar yang dimaksud bukan sekadar memelajari materi pelajaran, melainkan semua proses belajar yang dibutuhkan anak dalam pertumbuhannya, termasuk bermain.
“Pola pikir anak terhadap segala sesuatu masih abstrak sehingga mereka butuh situasi yang fun untuk belajar, agar lebih mudah memahami maksudnya,” jelasnya.
Untuk menghindari ketergantungan anak pada proses belajar dengan cara dongeng, Efnie menyarankan agar porsi untuk belajar kreatif melalui dongeng dan proses belajar yang sebenarnya disesuaikan. “Proses belajar kreatif bisa dilakukan selama 20 menit saja setelah makan malam. Sisanya, biarkan mereka belajar dengan cara yang biasa,” sarannya.
Sumber: kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *